Dikutipdari karya berjudul Peran Kekuasaan dalam Seni Rupa Kontemporer (2000) karya Sumartono, seni instalasi merupakan salah satu bagian dari seni rupa kontemporer. Instalasi adalah karya seni rupa yang diciptakan dengan menggabungkan berbagai media, membentuk kesatuan baru, dan menawarkan makna baru. Baca juga: Seni Kriya sebagai Kerajinan
Karyaseni rupa kontemporer banyak di ciptakan dengan teknik. Question from @Yati125 - Sekolah Menengah Atas - Seni Register ; Sign In . Yati125 @Yati125. March 2019 1 7 Report. Karya seni rupa kontemporer banyak di ciptakan dengan teknik . pitaloka4804 Teknik menggunakan pensil eyeliner dan menggunakan stensil Maaf klo salah . 0 votes
Kecualipada teknik Monotype, prosesnya mampu menciptakan salinan karya yang sama dalam jumlah banyak, ini yang disebut dengan proses cetak. (wikipedia) Dalam pandangan lain, situs bahwa seni grafis yaitu seni dua dimensi yang diciptakan melalui teknik cetak,contohnya cetak sablon (silk screen), cetak tinggi (seperti
Berikutadalah aliran-aliran seni rupa pramodern yang bertahan hingga saat ini. 1. Aliran Primitivisme. Primitivisme merupakan corak karya seni rupa yang memilik beberapa sifat diantaranya bersahaja, sederhana, naif, jujur, spontan, baik dari segi penggarapan bentuk maupun pewarnaannya. Seniman bebas dari belenggu profesionalisme, teknik
Orangyang menciptakan seni rupa patung disebut dengan pematung. 3 Karya seni patung ini diciptakan dengan bahan limbah logambesi dengan teknik konstruksi menyusun dan teknik assembling merangkai. Penampilan karya patung ini lengkap maksudnya terdiri dari seluruh anggota badan mulai dari kepala sampai kaki. Bahan Bahan seni patung dapat di
Gayadalam karya seni rupa berhubungan erat dengan unsur yang terdapat disetiap karya seni adalah. answer choices Karya seni rupa kontemporer banyak diciptakan dengan tekhnik yaitu. answer choices . mencetak. desain. melukis. sablon. nada dalam bentuk seimbang merupakan teknik yang dinamakan disebut. answer choices . cluster. serialisme.
7K2H. Ilustrasi seseorang sedang membuat karya seni lukis. Foto seni rupa dua dimensi sangat penting dipelajari bagi kamu yang ingin membuat karya seni rupa. Teknik ini menjadi teknik dasar dalam membuat suatu karya seni rupa karena dapat diterapkan dalam berbagai karya seni rupa apa itu seni rupa dua dimensi? Apa saja teknik seni rupa dua dimensi? Berikut Seni Rupa Dua DimensiBerdasarkan buku Pengetahuan Dasar Seni Rupa oleh Sofyan Salam, dkk., karya seni dua dimensi merupakan karya seni yang hanya dapat dinikmati dari satu arah, yaitu dari arah depan karena memiliki dimensi panjang dan rupa d dimensi tidak memiliki ruang karena tidak mengandung unsur ketebalan atau ketinggian. Dalam kehidupan sehari-hari kita bisa menemui banyak contoh karya seni rupa dua dimensi. Misalnya lukisan, poster, foto, logo, kaligrafi, mozaik, batik, dan Seni Rupa Dua DimensiIlustrasi seseorang sedang membuat lukisan. Foto ini teknik seni rupa dua dimensi menurut Modul 1 Berkarya Seni Rupa 2 Dimensi oleh Sri Rahayu Saptawati dan plakat adalah teknik melukis dengan cat minyak, cat poster atau cat akrilik. Teknik ini berupa membuat goresan yang tebal agar mendapatkan hasil yang pekat dan transparan ialah teknik untuk melukis seni rupa menggambar dengan cat cair. Sapuan warna dalam kanvas untuk melukis harus tipis, supaya hasilnya juga tampak seperti kolase adalah teknik yang akan memberikan hasil lukisan abstrak realis karena terbuat dari potongan-potongan kertas yang ditempel dengan menggunakan Teknik merekat, menggunting, dan menempel 3MTeknik seni rupa ini merupakan proses manipulasi lembaran kertas yang akan menjadi suatu bentuk tiga linier adalah teknik untuk menggambar objek menggunakan pola garis dari pensil atau blok adalah teknik yang digunakan untuk menutupi objek lukis dengan menggunakan satu warna yang sama di atas arsir adalah teknik untuk menutupi objek lukis dengan membuat garis sejajar atau garis menyilang dalam sebuah kanvas menggunakan pensil atau dussel adalah teknik untuk membuat gelap terang pada objek lukis dengan goresan-goresan miring yang dibuat dengan pointilis adalah teknik untuk menghitamkan objek lukisan dengan beberapa titik-titik dalam sebuah akuarel adalah teknik untuk menutup objek lukisan yang dilakukan dengan menyapu cat cair secara tipis di atas mozaik adalah teknik untuk melukis dengan menempelkan benda-benda tiga dimensi ke dalam sebuah menganyam adalah teknik untuk menumpang tindih dan juga untuk menyilangkan bahan-bahan yang ada, sehingga menghasilkan karya seni anyaman.
Seni rupa kontemporer merupakan salah satu cabang seni rupa yang udah dipengaruhi oleh dampak dari sebuah modernisasi. Seni rupa kontemporer juga bisa diartikan sebagai seni yang gak terikat oleh zaman atau aturan – aturan kuno dan selalu mengikuti trend perkembangan zaman. Kata “Kontemporer” ini berasal dari kata “co” bersama dan “tempo” waktu. Jadi, menegaskan kalo seni kontemporer yaitu karya yang secara tematik merefleksikan situasi waktu yang sedang dilalui atau pendapat yang mengatakan kalo seni rupa kontemporer adalah seni yang melawan tradisi modernisme Barat. Buat lebih jelasnya, yuk langsung simak ulasan yang ada dibawah ini. Sejarah Seni Rupa KontemporerCiri – Ciri Seni Rupa KontemporerMacam – Macam Seni Rupa Kontemporer1. Seni Lingkungan2. Seni Rupa Pertunjukan3. Seni Instalasi4. Seni VideoContoh Karya Seni Rupa Kontemporer1. The Dream2. Air Pollution Knalpot3. Ice of Telephone4. Sunrise Di Indonesia, istilah kata kontemporer udah muncul sejak tahun 70-an. Tokoh yang pertama kali memakai kata tersebut adalah Gregorius Sidharta Soegijo Yogyakarta, 30 November 1932 sampai Surakarta, 04 Oktober 2006 yang dipakai buat menamai karya seninya. Gregorius Sidharta Soegijo adalah seorang seniman patung yang sangat terkenal di Indonesia dan bahkan karya seninya juga udah sangat mendunia. Karya seni Gregorius Sidharta Soegijo yang mendunia tersebut adalah “Tangisan Dewi Betari” dan “Tonggak Samudra”. Sejak saat itu, istilah kontemporer banyak dipakai oleh pematung di Indonesia buat menamai karya seni mereka dan sering diperbarui atau disesuaikan dengan perkembangan zaman. Ada beberapa tokoh yang ikut serta meramaikan istilah kontemporer di Indonesia, diantaranya yaitu Heri Dono Eddie Hara Tisna Sanjaya Agus Suwage Nindityo Arahmaiani Tita Rubi Mella Jaarsma. Christo Saptoadi Nugroho Jim Supangkat Dadang Christanto FX. Harsono Ciri – Ciri Seni Rupa Kontemporer Lumayan sulit buat menentukan apakah suatu lukisan atau karya tergolong ke dalam seni kontemporer atau bukan. Tapi, kamu bisa nih mengetahuinya dari beberapa ciri – ciri yang ada dibawah ini Terbentuk dari inspirasi recycle yang sangat indah. Gak terikat zaman. Bersifat bebas, gak tersekat atau terikat oleh disiplin – disiplin seni masa lalu. Cenderung lebih disukai media massa. Meleburnya batas – batas antara seni lukis, patung, grafis, karya, teater, tari, music, sampai aksi politik. Mempunyai arti yang sangat mendalam. Karya seni atau lukisan mengikuti perkembangan zaman. Terlihat unik dan modern atau gak kuno. Macam – Macam Seni Rupa Kontemporer Berikut dibawah ini ada beberapa macam – macam dari seni rupa kontemporer, diantaranya yaitu 1. Seni Lingkungan Di tahun 1960an sampai 1970an ada kecenderungan para seniman buat memanfaatkan lingkungan alam sebagai bagian atau bahkan inti dari karya seni yang digagasnya. Para seniman mengusung dua tujuan utama, yaitu penolakan atas komersialisasi seni dan mendukung gerak cinta lingkungan. Nama yang diberikan pada konsep seni rupa yang melibatkan alam ini adalah Seni Lingkungan. Para perupa Indonesia Teguh Ostenrik pernah membuat sebuah piramid dari sampah plastik yang dipadatkan sebagai keprihatinan pada masalah sampah di negara kita. Kemudian, Dadang Christanto dengan karyanya berjudul 1001 Manusia Tanah dengan isi menggugat persoalan tanah. Seribu patung fiberglass serat kaca diletakkan di pinggir pantai Marina, Ancol dan dirinya sebagai satu patung yang bergerak. 2. Seni Rupa Pertunjukan Pada tahun 1960an, seni rupa Pertunjukan atau Performance Art mulai berkembang dan bersifat mendunia. Istilah kecenderungan dalam seni ini berkaitan dengan body art, actions, fluxus, feminist art, dan happenings. Konsep utama para perupa yaitu kalo diperlukan media ekspresi baru yang bisa memadukan aspek gerak dan bunyi dengan aspek rupa. Elemen – elemen musik, tari, teater, dan video juga turut membentuk cabang seni yang unik dan menganggap peristiwa seni yang paling utama dalam hal ini. Pada pertunjukkannya, aspek improvisasi yang teatrikal sangat menguat jadi terkadang agak sulit buat dimengerti oleh penonton. Bahkan ada saatnya penonton juga dilibatkan sebagai bagian dari karya yang dilangsungkan. 3. Seni Instalasi Sejak tahun 1970 seni instalasi Installation berkembang di Amerika Serikat dan juga di Eropa. Makna seni Instalasi erat terkait dengan lokasi dimana karya ini dipasang dan dipamerkan, baik di galeri biasa atau di tempat tertentu bedasarkan konsep sang perupa. Karya yang dipamerkan gak buat dijual, karena objeknya bisa berupa apa aja. Seni instalasi juga tumbuh di Indonesia dan pertama muncul pada saat Gerakkan Seni Rupa baru muncul di tahun 1975. Saat itu ada keinginan dari para perupa muda seperti Nyoman Nuarta, Jim Supangkat, B. Munni Ardhi, FX Harsono, dan Hardi buat menampilkan karya yang gak lagi tersekat seperti seni patung, lukis, atau design. Pada saat ini, seni instalasi digiatkan oleh banyak perupa seperti Tisna Sanjaya, Krisna Murti, Andar Manik, Teguh Ostenrik, Dadang Christanto, dan Heri Dono. 4. Seni Video Di pertengahan tahun 1960an, istilah seni video atau yang sering disebut dengan video art ini mulai berkembang. Seni video merupakan karya rekaman video yang dibuat oleh seorang perupa dan pengaruhnya bersifat Internasional, termasuk ke Indonesia. Di Indonesia, perupa Krisna Murti merupakan salah seorang tokoh penting dalam seni baru ini. Pada praktiknya juga karya rekaman videoseni ini kadang jadi elemen Seni Instalasi atau Seni Rupa Pertunjukan. Kecenderungan para perupa buat memanfaatkan teknologi sebagai media berekspresi melahirkan beragam bentuk seni rupa alternatif yang inovatif atau baru sama sekali. Sebuah karya atau peristiwa seni yang berlangsung di belahan dunia berbeda bisa dikunjungi secara langsung on-line melalui layar monitor. Contoh Karya Seni Rupa Kontemporer 1. The Dream Lukisan dengan judul karya “The Dream” ini adalah lukisan karya Pablo Picasso. Media yang dipakai yaitu kanvas, sedangkan alat yang dipakai yaitu cat minyak, kuas, dan palet. Lukisan ini menggambarkan sosok wanita yang mencari jati diri dan diciptakan sebagai pajangan atau hiasan, jadi termasuk ke dalam fine art atau karya seni rupa murni. Dari penilaian pribadi, penulis gambar lukisan ini cukup menarik karena memakai warna – warna terang seperti kuning atau oren, dan sedikit warna putih pada background. 2. Air Pollution Knalpot Karya indah berupa knalpot motor yang dibuat menyerupai bola di samping merupakan karya seniman asal Indonesia Made Wianta. Karya bertajuk Air Pollution tersebut terinspirasi dari banyaknya penggunaan motor di Asia Tenggara, Termasuk Indonesia yang tentu menyebabkan polusi udara dan Karya Seni tersebut, termasuk ke dalam karya seni murni dengan media yang dipakai yaitu knalpot motor. 3. Ice of Telephone Patung berjudul “Ice Of Telephone” yaitu karya Mark Jenis dan media yang dipakai yaitu es batu, sedangkan alat yang dipakai yaitu alat pembentuk es batu. Patung ini termasuk ke dalam fine art, karena meskipun berbentuk telepon umum tapi patung tersebut gak bisa dipakai sesuai bentuknya. Patung ini termasuk ke dalam karya seni rupa tiga dimensi. Menurut penilaian pribadi penulis karya seni di samping terlihat kurang menarik karena bentuk yang gak sesuai antara tempat telepon dan karya seni itu sendiri jadi kurang enak di pandang. Background yang dipakai dalam mengambil foto juga terlihat gak selaras dengan patung. 4. Sunrise Lukisan karya Claude Monet yang berjudul “Sunrise” menggambarkan penampakan sebuah objek yang berbah seiring berubahnya posisi matahari. Media yang dipakai yaitu kanvas, sedangakan alat yang dipakai yaitu cat minyak, kuas, dan juga palet. Lukisan tersebut termasuk ke dalam karya seni fine art karena dibuat hanya untuk kepuasan pribadi pembuatnya. Menurut penilaian pribadi penulis, lukisan tersebut di buat dengan teknik impresionisme atau melukis cepat, terlihat dari bentuk objek perahu yang gak realistis, tapi meski begitu lukisan ini terlihat elegan dengan perpaduan warna yang enak dilihat. Itulah sedikit penjelasan mengenai seni rupa kontemporer yang bisa kamu ketahui dan juga pelajari dirumah ataupun disekolah 😀 Originally posted 2020-05-29 020418.
Menunjukkan ekspresi diri dapat dilakukan dengan berbagai hal. Salah satunya dengan membuat karya seni, yang terdiri dari banyak jenis, misalnya seni rupa, tari, peran, musik dan lain-lain. Koentjaraningrat 1993 menjelaskan, bahwa seni pada dasarnya adalah suatu ide atau gagasan yang timbul dari manusia yang kemudian diwujudkan atau direalisasikan dalam bentuk sebuah benda yang akhirnya disebut sebagai karya seni. Lebih lanjut, Hogman 1993 juga menerangkan bahwa seni memiliki tiga unsur penting. Di antaranya adalah, ideas, yakni wujud seni sebagai suatu yang kompleks dari ide, gagasan, nilai, norma, peraturan dan sebagainya. Kemudian, activities, yaitu suatu kompleks aktivitas serta tindakan berpola dari manusia dalam berkesenian, Terakhir, artifact, yakni wujud seni melalui hasil karya yang dihasilkan oleh manusia. Terkait seni rupa, ada berbagai macam bentuk, yang jika disederhanakan dibagi menjadi dua, yakni seni rupa dua dimensi, dan tiga dimensi. Untuk seni rupa dua dimensi sendiri, dikenal berbagai teknik yang dapat diterapkan. Teknik Karya Seni Rupa Dua Dimensi Secara umum, terdapat enam teknik dalam seni rupa dua dimensi. Berikut penjelasan selengkapnya. 1. Teknik Menganyam Mengutip jurnal berjudul "Peranan Kerajinan Dalam Pembangunan Nasional", anyaman merupakan karya seni yang mempengaruhi kehidupan dan kebudayaan masyarakat. Sejatinya, anyaman adalah kerajinan suatu bangsa atau suku yang merupakan ungkapan dari suatu perasaan, gagasan, angan-angan, keinginan, penghayatan, dan semangat terhadap lingkungan yang membawa corak khas bangsa atau suku tersebut. Dapat disimpulkan, bahwa menganyam adalah teknik karya seni rupa membuat suatu anyaman. Tak hanya itu, dijelaskan juga bahwa sebuah anyaman tidak semata-mata dibuat untuk esensi keindahan, melainkan banyak sisi filosofis lainnya yang mampu menggambarkan budaya dan gagasan pengrajinnya. 2. Teknik Mozaik Teknik karya seni rupa dua dimensi selanjutnya adalah mozaik. Corak ini mungkin tidak asing bagi beberapa dari Anda. Diketahui bahwa mozaik merupakan gambar yang tersusun atas kepingan-kepingan partikel seperti kaca, batu, atau benda padat lainnya. Teknik mozaik adalah teknik pembuatan seni lukis dengan menempelkan pecahan atau lempengan kaca berwarna-warni. Definisi lukisan akan menonjol dari pola susunan dan komposisi warna. Jika diulik dari kacamata sejarah, ternyata mozaik sudah ada sejak abad ke-3 SM. Salah satunya penemuan lukisan mozaik pada kuil yang berada di Abra, Mesopotamia. 3. Teknik Dussel Teknik karya seni rupa ini juga dikenal dengan istilah teknik gosok.’ Ahmad 2004 menjelaskan bahwa teknik dusel adalah teknik menggambar atau mengarsir dengan cara digosok, baik dengan kapas atau tangan. Seniman dapat mengatur gelap dan terang dari objek yang digambar menggunakan media yang digoreskan ke kertas atau kanvas. Selain itu, teknik dussel juga biasa dilakukan menggunakan pensil. Singkatnya, teknik dussel dilakukan dengan cara mengarsir kertas atau kanvas. Tergantung dengan tekanan yang diberikan, hal tersebut akan menimbulkan efek gelap dan terang, sama halnya dengan dussel menggosok. Lukisan akan terlihat lebih dramatis dengan gradasi yang menimbulkan efek ilusi tiga dimensi. 4. Teknik Aquarel Dikutip dari situs resmi Kemdikbud, teknik aquarel merupakan teknik yang digunakan baik dalam menggambar maupun melukis dengan sapuan dan paduan warna yang tipis, transparan, dan tembus pandang. Perlu diperhatikan bahwa penyapuan harus dilakukan dengan tekanan yang rendah agar hasilnya terlihat lembut dan tidak mencolok. Dalam jurnal yang diterbitkan oleh Universitas Persada Indonesia, terdapat penjelasan mengenai ciri-ciri teknik aquarel. Di antaranya adalah cat harus dicampur dengan air, mudah mongering, ekspresif dan spontan, tidak dapat menutup warna atau media yang terlapisi cat air agar warna dasarnya tidak hilang, transparan, sensitif terhadap udara sekitar karena tipis, mudah dibersihkan, tidak berbau menyengat, warna cerah dan segar, juga disebut dengan teknik fresco. 5. Teknik Pointilis Teknik karya seni rupa berikut ini adalah teknik pointilis. Adapun lukisan atau gambar yang dibuat dengan teknik ini termasuk ke dalam aliran pointilisme. Teknik pointilis adalah teknik melukis dengan menghubungkan titik-titik yang membentuk sebuah objek. Menariknya, pointilis akan menghasilkan lukisan yang akan menimbulkan ilusi mata. Berbeda hari teknik lain, teknik lebih menonjolkan pada penyusunan komposisi warna yang disusun dengan titik-titik. Jika melihat dari sejarah, ternyata pointilisme pertama kali hadir dengan sebutan Divisionism’. Pada abad ke-19, aliran ini dikembangkan oleh George Surat. Kala itu, diketahui bahwa pointilisme merupakan cabang dari Impresionisme, yaitu aliran yang relatif menonjolkan pencahayaan dengan permainan warna. 6. Teknik Plakat Teknik karya seni rupa dua dimensi satu ini adalah teknik plakat, yaitu kebalikan dari teknik aquarel. Sama-sama dengan cara sapuan, teknik plakat akan lebih menonjolkan objek dibanding gambar pada latar belakangnya. Lukisan dengan teknik plakat akan relatif lebih mencolok dibanding aquarel. Pencampuran cairan cat juga lebih tebal dan pekat. Teknik ini cocok dengan seniman yang berani dan suka warna-warna mencolok. Namun, perlu diperhatikan bahwa lukisan akan rentan terlihat heboh’ dan ramai.’ Maka dari itu, Anda juga harus selektif dalam memilih cat dan melakukan teknik penyapuan.
Daftar isiDefinisi Seni KontemporerSejarah Seni KontemporerPolemik Istilah Seni Rupa KontemporerJenis Seni Kontemporer1. Lukisan2. Seni Patung3. Menggambar4. Seni Grafis5. Kolase6. Seni/Kolase Digital7. Fotografi8. Seni Video9. Seni Instalasi10. Land Art11. Intervention Art12. Seni PertunjukanFungsi Seni KontemporerCiri- Ciri Seni KontemporerContoh Seni KontemporerDefinisi Seni KontemporerSeni kontemporer adalah seni yang diciptakan oleh seniman yang hidup di zaman kita saat ini yaitu karya seni yang diproduksi selama akhir abad ke-20 dan awal abad ke-21. Karya seni kontemporer terdiri dari beragam gaya, media patung, lukisan, fotografi, gambar, atau cetakan, atau gerakan Seni KontemporerTerdapat tiga kriteria yang menentukan suatu karya dapat disebut seni kontemporer. Kriteria tersebut adalah seni zaman kontemporer; seni kontemporer dan avant-garde; dan seni kontemporer dan pertama adalah seni yang bertepatan dengan apa yang sejarawan definisikan sebagai awal zaman kontemporer adalah saat Revolusi Perancis 1789-1799. Seni pada periode sejarah ini disebut Romantisme, dan ideologi dari gaya identik dengan sentimentalitas, subjektivitas, pencarian individualitas, dan kriteria kedua, manifestasi yang muncul pada awal abad ke-20, yang sekarang dikenal sebagai Historical Artistic Vanguards atau Historical Artistic Avant-Garde juga dianggap sebagai seni kontemporer, diantaranya adalah Dadaisme, Fauvisme, Ekspresionisme, Kubisme, Futurisme, Neoplastisisme dan Surealisme. Tren avant-garde ini dimulai dari minat untuk berinovasi dan memberikan ruang seni yang sangat berbeda dari yang ada sebelumnya. Mereka tidak lagi berusaha meniru realitas, tetapi menafsirkannya melalui bahasa ekspresif baru. Itulah sebabnya banyak seniman mulai bereksperimen dengan warna, bentuk, dan ketiga untuk seni kontemporer dimulai setelah Perang Dunia Kedua, awal Postmodernisme, yaitu antara akhir 60-an dan awal 70-an. Pada masa ini muncul jenis-jenis seni baru seperti seni pop, realisme Prancis baru, seni konseptual, minimalis, arte povera, ekspresionisme abstrak, hyperrealism, neo-figurasi, instalasi, dekonstruksi, seni urban, fotografi, seni digital, dan Istilah Seni Rupa KontemporerSeni kontemporer sulit untuk didefinisikan. Istilah seni rupa kontemporer sering mengacu pada seni yang diciptakan pada saat zaman kita hidup, tetapi pada saat yang sama, seni rupa kontemporer juga banyak disamakan dengan seni modern. Era seni rupa kontemporer diyakini telah dimulai setelah periode Pop Art tahun 1960-an. Ada beberapa yang mengatakan ungkapan “seni kontemporer”diciptakan di Berlin pada akhir 80-an, tetapi yang lain mengatakan di mulai tahun 70-an. Sehingga tidak ada satu periode waktu tertentu ketika seni rupa kontemporer dimulai. Justru istilah seni rupa kontemporer menjadi sinonim dengan menggambarkan seni yang kekinian. Perdebatan terjadi selama bertahun-tahun akibat kebingungan para ahli mengenai istilah yang tepat dari seni Anda meneliti bagaimana seni dikategorikan selama beberapa dekade terakhir, Anda akan melihat bahwa seni kontemporer adalah istilah yang pertama kali digunakan setelah tahun ini, istilah seni rupa modern dan seni rupa kontemporer digunakan secara bergantian, meskipun ada perbedaan yang jelas di antara seni modern dianggap sebagai pemutusan dari tradisi dan pengembangan yang baru, seni kontemporer lebih merupakan refleksi dari keadaan dunia saat ini, dengan konsep mengulangi gaya atau kategori seni tradisional sebelumnya. Karena seni modern dikaitkan dengan ide-ide progresivisme atau bahkan perspektif yang terdistorsi, hal itu kurang menarik bagi seniman setelah Perang Dunia II dan bisa berkontribusi pada peningkatan popularitas seni kontemporer setelah tahun 1940-an dan tahun 1945 adalah tahun yang ditonjolkan sebagai awal dari era seni rupa kontemporer di Jerman dan sebagian besar Eropa. Di Amerika Serikat, orang Amerika menyukai seni kontemporer sekitar tahun 1960-an. Dapat dikatakan bahwa menentukan dengan tepat tahun dimulainya seni kontemporer tidaklah mungkin. Saat ini, seni kontemporer hadir dalam segala bentuk, ukuran, dan media. Seperti video, lukisan, patung, kolase, dan banyak LukisanDengan melukis, seniman menggunakan permukaan dua dimensi menggunakan bahan basah atau yang biasa dikenal sebagai cat, baik itu akrilik atau minyak, dan biasanya diaplikasikan pada kanvas katun atau linen, panel kayu atau pada pelat tembaga/logam. Pada masa ini pula, kita juga memiliki pelukis seperti Anselm Kiefer yang melukis dengan logam atau menggabungkan benda-benda yang hampir mirip dengan Seni PatungPatung adalah bentuk seni tiga dimensi yang paling sering dipraktekkan dengan menggunakan marmer, kayu, tembaga atau perunggu. Saat ini, bahan tradisional tersebut tetap yang paling banyak digunakan oleh pematung dengan perkembangan teknologi baru-baru ini, ada lebih banyak karya dengan bahan dan teknik baru digunakan oleh seniman kontemporer karena eksperimen mereka yang banyak juga ditemukan patung yang terbuat dari plexiglass, fiberglass, epoksi, lilin, baja atau bahkan perangkat elektronik dan halnya lukisan, pematung dapat memilih untuk membuat patung representasional seperti patung Jeff Koons yang terkenal dengan karya anjing balonnya atau kepala raksasa karya Mark Manders. Dalam seni patung kontemporer ada subkategori hyperrealism dimana mereka menciptakan kembali sosok manusia seolah-olah mereka adalah manusia yang sebenarnya. Selain itu, ada pula patung abstrak seperti patung minimalis Donald Judd berbentuk kubus, patung baja abstrak Frank Stella atau cermin pahatan oleh Anish juga harus membedakan antara seni patung kontemporer dan seni instalasi. Sangat sering patung dapat dilihat sebagai instalasi dan sebaliknya. Keduanya adalah karya seni tiga dimensi yang dibuat dari berbagai kemungkinan bahan. Namun, patung paling sering dilihat sebagai instalasi ketika ada penggunaan barang MenggambarSeni dimulai dengan menggambar. Seni dimulai di mana seniman membuat tanda dengan pensilnya di atas kertas yang merupakan dasar dari pendidikan visual modernisme membebaskan seni dari konvensi akademik, gagasan menggambar sebagai dasar dari sifat seniman telah sedikit bergeser, karena tidak lagi anggapan bahwa seorang seniman perlu menjadi ahli menggambar yang berpendapat hal tersebut menciptakan anggapan negatif dan menggambar dianggap menjadi pekerjaan yang saat ini di era Postmodern, menggambar telah memiliki ruang tersendiri di antara bentuk-bentuk gambar sering dianggap sebagai karya seni yang kurang berharga dalam kaitannya dengan lukisan atau patung, karena seringkali hanya merupakan langkah dalam proses penciptaan karya seni atau bagian dari pendidikan Seni GrafisSelanjutnya adalah seni grafis. Asal usul seni grafis dapat ditemukan sekitar tahun 1450 di Gutenberg, Jerman. Ukiran kayu, etsa dan litografi menghasilkan karya seni yang berfungsi sebagai katalis dan xenogami untuk hari ini seni grafis telah menjadi kategori seni yang penting dalam hal distribusi gambar dan seni. Karena seni grafis menawarkan lebih banyak item, harga lebih rendah dan kolektor dapat memperoleh karya seniman dalam kisaran harga KolaseKolase adalah karya artistik yang membuat suatu kumpulan dari berbagai bentuk, bahan atau gambar. Kolase telah menjadi praktik artistik di Eropa sejak sekitar tahun 1500-an tetapi tidak pernah dilihat sebagai bentuk seni dengan kedatangan seni kolase Modern sebagai bentuk seni berkembang sepanjang abad seperti Kubisme, Dadaisme dan Surealisme dimana kolase diimplementasikan menjadi high art’. Sehingga, kolase telah menjadi jenis seni kontemporer yang juga ini, sudah ada lebih banyak seniman kolase daripada sebelumnya. Di era Postmodern, kolase adalah strategi penting untuk membangun citra baru dengan menggunakan bahan bekas. 6. Seni/Kolase DigitalDengan munculnya seni digital dan perangkat lunak seperti Photoshop, jenis seni baru muncul dan biasa kita sebut sebagai kolase digital terdiri susunan gambar baru berdasarkan gambar bekas atau fotografi menggunakan perangkat lunak perangkat lunak seperti Photoshop atau Paintbox telah ada selama beberapa waktu lalu, kolase digital baru-baru ini diakui sebagai jenis seni tingkat tinggi yang satu seniman kolase digital yang terkenal adalah Jorg FotografiSelanjutnya, ada bentuk seni fotografi. Sejak penemuan media, gagasan fotografi sebagai bentuk seni visual hadir dan fotografer menjadi ini, fotografi hadir di mana-mana di dunia seni dengan fotografer terkemuka seperti Dirk Breackman atau Wolfgang Tillmans yang memimpin industri fotografi dan juga menerima banyak jauh lagi, banyak seniman pertunjukan juga bergantung pada fotografi untuk menangkap karya seni mereka dan membekukannya dalam ruang dan Seni VideoSebuah cerita dapat diceritakan dalam hal videografi. Para seniman juga telah tertarik pada gambar bergerak sejak awal dan bereksperimen dengan film dan video. Misalnya video abstrak karya Lásló Moholy-Nagy atau film minimal karya Andy ini, seni video adalah salah satu jenis seni yang paling banyak dipraktikkan di kalangan seniman multidisiplin, misalnya Laure Prouvost atau Anri telah dianggap sebagai karya seni dan sutradara sebagai seniman. 9. Seni InstalasiSelanjutnya adalah seni instalasi. Seni instalasi sangat terkait dengan gerakan seni Conceptual Art, karya seni instalasi adalah karya seni rupa tiga dimensi, yang di dalamnya terdiri dari satu atau lebih objek dalam suatu seni instalasi, penggunaan barang jadi seperti kursi adalah praktik yang sangat instalasi dapat dilihat sebagai jenis patung kontemporer dimana berbagai bahan digunakan secara tidak konvensional, hal tersebut yang membedakannya dari patung Land ArtJenis seni selanjutnya juga merupakan gerakan seni kontemporer adalah land art. Pada seni land art, seniman adalah arsitek lansekap yang mendesain ulang paling terkenal dari gerakan dan jenis seni kontemporer ini adalah Spiral Jetty oleh Robert Smithson dari tahun land art juga bisa dalam skala yang lebih kecil, pikirkan seniman seperti Jan Vercruysse merancang taman kota atau taman pribadi yang menggabungkan patung dan elemen alam sebagai batu bangunan karya seni Intervention Art Mirip dengan land art, dengan intervention art seniman melakukan intervensi dalam lingkungan tertentu. Sedangkan pada and art, intervensi terjadi di lanskap atau lingkungan alam, intervention art biasanya ada di lingkungan membuat intervensi besar atau kecil, seniman membuat penduduk sadar akan lingkungannya sendiri. Misalnya Christo dan Jeanne-Claudes yang membuat bangunan, jembatan, patung dan bahkan Seni PertunjukanKita akhiri dengan jenis seni kontemporer yang terakhir, yaitu performance art. Seni pertunjukan muncul pada tahun 60-an dan 70-an dan merupakan bentuk seni yang dominan hingga hari ini. Seni pertunjukan ditandai dengan sifatnya yang sementara dan sangat terkait dengan seni pertunjukan seperti teater dan tari. Artis bertindak sebagai Seni KontemporerSeni kontemporer adalah seni masa kini, yang dihasilkan oleh seniman yang hidup di zaman kita yang memberikan kesempatan untuk merenungkan isu-isu yang penting bagi kita dan kontemporer adalah bagian dari dialog budaya yang menyangkut kerangka kontekstual yang lebih besar seperti identitas, keluarga, komunitas, dan kebangsaan. Ciri- Ciri Seni KontemporerSeni kontemporer tidak memiliki ciri tunggal. Hal tersebut sangat ditentukan oleh kemampuan seniman untuk berinovasi dan menghasilkan karya modern yang relevan dengan zaman ada beberapa karakteristik teknis yang harus dicari dalam seni kontemporer, seperti Inovasi dalam SeniMedia BaruPenggunaan WarnaTeknik BaruContoh Seni KontemporerLucian Freud, Reflection, 1985Marc Chagall, ceiling of Paris Opéra Garnier, 1964Jeff Koons, Balloon Dog, 1994Roy Lichtenstein’s Look Mickey, 1961Tracey Emin, My Bed, 1998Banksy, Girl with Balloon, 2002Yayoi Kusama, Infinity Mirror Room, 1965Damien Hirst The Physical Impossibility of Death in the Mind of Someone Living, 1991Louise Bourgeois, Maman, 1990
ArticlePDF Available AbstractDemikian banyak serangan terhadap Lukisan Realis, yaitu dengan munculnya teknik fotografi, dan kemunculan seni rupa non-objektif yang berlatar belakang Perang Dingin antara Amerika dan Rusia. Banyak seniman dan kritikus merasakan Realisme sudah tidak memadai lagi mewakili semangat baru setelah Perang Dunia II. Kekecewaan pada Perang dan juga Rasionalitas, membuat Adorno menolak seni yang indah-indah dan menyenangkan dari gaya Realisme. Seniman yang berjaya pada tahun 1950-an adalah seniman yang menolak kredo seni yang sudah lampau, seperti 'seni untuk rakyat' atau seni untuk reformasi sosial’, sebagai gantinya mereka memilih pada ekspresi pribadi dan keterasingan sosial. Tren seperti itu terjadi dalam dunia filsafat, bahwa teori kebenaran korespondensi yang didasarkan kesesuaian atas realitas, sudah ditinggalkan. Para filsuf itu menggantikannya dengan Filsafat Bahasa. Namun dalam setiap periode, seni bergaya realisme selalu muncul kembali dalam bentuk-bentuknya yang baru, seperti Pop Art, Realisme Foto, Super realisme dan Hyperrealism. Artikel ini ingin menggambarkan bagaimana realisme ditolak dan dengan jalan apa realisme selalu muncul kembali beserta penyebabnya dan juga pada bagian akhir akan mengulas perkembangan Hyperrealism di Indonesia. Discover the world's research25+ million members160+ million publication billion citationsJoin for freeContent may be subject to copyright. Volume 9 Nomor 1 Oktober 2020 181 Kembalinya Realisme Seni Kontemporer sebagai Penyebab Kemunculan Seni Rupa Realisme di Setiap Zaman Indonesian Institute of The Arts of Surakarta, Jawa Tengah, Indonesia Disetujui 30 Agustus 2020 ABSTRAK. Demikian banyak serangan terhadap Lukisan Realis, yaitu dengan munculnya teknik fotografi, dan kemunculan seni rupa non-objektif yang berlatar belakang Perang Dingin antara Amerika dan Rusia. Banyak seniman dan kritikus merasakan Realisme sudah tidak memadai lagi mewakili semangat baru setelah Perang Dunia II. Kekecewaan pada Perang dan juga Rasionalitas, membuat Adorno menolak seni yang indah-indah dan menyenangkan dari gaya Realisme. Seniman yang berjaya pada tahun 1950-an adalah seniman yang menolak kredo seni yang sudah lampau, seperti 'seni untuk rakyat' atau seni untuk reformasi sosial’, sebagai gantinya mereka memilih pada ekspresi pribadi dan keterasingan sosial. Tren seperti itu terjadi dalam dunia filsafat, bahwa teori kebenaran korespondensi yang didasarkan kesesuaian atas realitas, sudah ditinggalkan. Para filsuf itu menggantikannya dengan Filsafat Bahasa. Namun dalam setiap periode, seni bergaya realisme selalu muncul kembali dalam bentuk-bentuknya yang baru, seperti Pop Art, Realisme Foto, Super realisme dan Hyperrealism. Artikel ini ingin menggambarkan bagaimana realisme ditolak dan dengan jalan apa realisme selalu muncul kembali beserta penyebabnya dan juga pada bagian akhir akan mengulas perkembangan Hyperrealism di Indonesia. Kata Kunci Hyperrealism; Photography; Pop Art; Photo realism; Superrealism Kembalinya Realisme Seni Kontempore sebagai Penyebab Kemunculan Seni Rupa Realisme di Setiap Zaman Anna Susilowati 182 PENDAHULUAN Realisme didefinisikan sebagai suatu cara penggambaran manusia atau benda-benda dengan cara akurat yang sesuai dengan kehidupan nyata. Realisme juga merupakan suatu sikap praktis yang menerima situasi apa adanya. Di dalam seni rupa sering kali realisme disamakan dengan naturalisme, yang memberikan perhatian dengan penggambaran alam secara akurat dan objektif. Dan menolak suatu subjek atau benda-benda yang secara sengaja pelukisannya dibuat atraktif. Penolakan itu dilakukan demi untuk mendapatkan kejujuran dan hanya menginginkan perlakuan yang tidak diidealisasikan atas kehidupan. Pengertian realisme seperti ini berlaku pada gerakan seni di Perancis abad 19, yang direpresentasikan oleh lukisan-lukisan Jean Desire Gustave Courbet 1819-1877. Courbet memimpin gerakan Realisme dalam lukisan Perancis abad 19. Ia berkomitmen hanya melukis apa yang dapat ia lihat. Courbet menggambar lanskap, perburuan, ketelanjangan, dan alam benda, namun sedikit sekali menggambar karakter politik. Ia memenangkan medali emas untuk ekshibisi lukisan tahunan Paris Salon, pada tahun 1848. Realisme seharusnya sudah berakhir ketika masa Seni Rupa Modern dimulai, yang dipelopori oleh Paul Cezanne Read, 1991 . Sejak Cezanne, realisme digantikan dengan Kubisme dan kemudian Abstrak Ekspresionisme. Namun kita mengetahui bahwa realisme muncul kembali. Pada tahun 1960-an, melalui gerakan Pop Art, Andy Warhol memindahkan kaleng-kaleng sup Campbell ke dalam kanvas. Dan selanjutnya, pada akhir 1960-an muncul gerakan Realisme Foto Photorealism, di mana seniman berusaha menghasilkan salinan gambar yang dipotret dengan tepat. Beberapa seniman menggunakan proyektor untuk memproyeksikan hasil foto itu ke kanvas, dan menggunakan teknik air brush untuk mendapatkan kedetailan dalam lukisan. Berbeda dengan Andy Warhol yang masih terasa lukisannya dua dimensi, maka Realisme Foto dapat membuat pemirsa terkecoh bahwa apa yang dilihatnya itu sebenarnya adalah sebuah lukisan. Chuck Close 1940 - adalah salah satu pelopor yang menggunakan teknik fotografi sebagai acuan dalam berkarya. Chuck Close banyak melukis wajah dengan kanvas besar yang didasarkan pada hasil fotografi yang dibuat di studionya. Lukisan Chuck Close, “Self Portrait” 1969 menjadi ikon dalam pencapaian pelukisan wajah secara detail dalam kanvas besar. Alasan di balik karya-karya Chuck Close sangat jelas ia membuat lukisannya sebagai pembesaran luar biasa atas hasil tembakan snapshot dari foto wajah manusia, dalam hal ini Kembalinya Realisme Seni Kontempore sebagai Penyebab Kemunculan Seni Rupa Realisme di Setiap Zaman Anna Susilowati 183 adalah foto teman-teman dan dirinya sendiri. Dan foto tersebut hanya terfokus pada bagian muka atau kepalanya saja yang diambil dari depan. Dalam menghasilkan karyanya, Chuck Close melakukan pengambilan foto yang tidak biasa, seperti menggunakan lensa yang lebar untuk memfokuskan pengambilan gambar pada daerah wajah yang spesifik demi membuat efek. Pada bagian ujung hidung, ia membuat hasil gambar yang blur tetapi pada tulang pipi ia buat gambar yang tajam. Close melakukan sistematisasi dan kodifikasi informasi pada gambar yang sebenarnya. Chuck Close melakukan intervensi atas gambar dan memberikan pengaruh dalam cara melihat, membuat interpretasi, dan juga memberikan arti atas gambar tersebut. Maksudnya agar ia dapat mengoyak pandangan orang yang tipikal atas wajah manusia yang biasa. Dengan itu Close menantang visi pemirsa atas realitas Smith, 2003. Namun di situlah daya tarik karya-karya Close, semakin pandai ia menjual sulapan’ artistik dengan permainan catnya, sehingga dapat mereplika realitas, semakin banyak orang tersihir dan ingin tahu teknik rahasia apa yang ada dibalik cara ia melukis Grenspun, 1998. Gerakan realisme ala Chuck Close itu sebenarnya sempat surut pada tahun 1980-an namun kemudian muncul kembali. Sebuah buku yang editorialnya disusun oleh Uta Grosenick dan Burkhard Riemschneider berjudul “Art Now, 81 Artist at the Rise of the New Millenium” yang diterbitkan tahun 2005, memperlihatkan gejala itu. Kita melihat ada Merlin Carpenter 1967-, John Currin 1962-, Peter Doig 1959-, Elizabeth Peyton 1965-, dan Richard Phillips 1962-, yang membuat karya lukis bergaya realisme, terselip di antara 81 seniman kontemporer yang berperan dalam 10 tahun terakhir. Dalam pengantarnya, Uta Grosenick dan Burkhard Riemschneider mengatakan bahwa para seniman itu dipilih dalam bukunya karena mereka sudah berpameran secara tunggal solo exhibition di institusi seni yang besar dan museum-museum seni rupa dunia. Mereka juga berperan dalam pameran-pameran kelompok yang penting dan karya mereka kerap ditampilkan pada galeri-galeri komersial Grosenick dan Riemschneider, 2005. Hal itu menunjukkan bahwa lukisan realis’ tetap saja eksis dalam percaturan seni rupa kontemporer. PEMBAHASAN 1. Bangkrutnya Seni Rupa Realisme Selama tahun 1940-an, pergeseran yang luar biasa terjadi dalam seni Amerika. Seni representasi dan realisme sosial, yang dominan selama zaman depresi, dikalahkan oleh aliran lukisan baru yang non-objektif. Jackson Pollock kemudian meninggalkan gaya naratif demi Kembalinya Realisme Seni Kontempore sebagai Penyebab Kemunculan Seni Rupa Realisme di Setiap Zaman Anna Susilowati 184 seni abstrak ekspresionisme non-objektif. Pollock dan gerakan avant-garde sesudah Perang, menolak minat generasi seniman sebelumnya terhadap 'seni untuk rakyat' dan reformasi sosial, sebagai gantinya ia berkonsentrasi pada ekspresi pribadi dan keterasingan sosial Doss, 2002. Robert M. Coates, seorang kritikus seni, menuliskan di The New Yorker, bahwa saat itu ada gaya melukis yang berkembang di Amerika, di antara gaya abstrak dan surealis, di mana cara mereka menorehkan catnya dilakukan dengan gaya yang bebas - mengayunkan kuas dengan percikan spattery, di mana gaya itu hanya bermodalkan sedikit gambaran tentang subjek - yang manifestasinya lebih sugestif ketimbang konkret - itulah metode ekspresionisme, yang sedang dikembangkan oleh Jackson Pollock, Lee Hersch, dan William Baziotes dan beberapa seniman lain dari kelompok ini Coates, 1944. Abstrak ekspresionisme kemudian merupakan gaya lukis yang sukses secara kultural karena adanya sentimen yang meluas terhadap seni representasional dari generasi sebelumnya yang sudah tidak memadai lagi mewakili semangat Amerika setelah Perang. Di tahun 1944, Pollock mengatakan bahwa karya seninya adalah suatu hal yang penting dalam melawan sistem reaksioner yang sudah terlalu kuat. Adolph Gotlieb 1903-1974, seorang pelukis abstrak ekspresionisme Amerika, juga mengamininya. Ia mengatakan, bahwa sangat perlu untuk mendobrak konsep yang mengesahkan 'lukisan baik' ketika itu. 'Lukisan baik' yang dimaksud adalah lukisan bergaya realisme. Ad Reinhardt 1913-1967 pada tahun 1946 membuat sebuah karikatur yang diberi judul "How to Look Art at Modern America" di mana digambarkan seni Modern secara detail. Dalam karikatur tersebut, dinyatakan bahwa hanya seni rupa Modern yang akan maju dan mendobrak, sementara seni rupa yang berasal dari generasi sebelumnya akan dikubur, dalam masa Perang Dingin antara Amerika dengan Rusia ketika itu Doss, 2002. Perkembangan aliran abstrak ekspresionisme banyak didorong oleh Clement Greenberg 1909-1994, seorang kritikus seni rupa yang ingin mengembangkan suatu bentuk seni baru yang khas Amerika. Ketika itu, di tahun 1950-an, perkembangan kebudayaan tidak terlepas dari konteks Perang Dingin antara Amerika dengan Rusia. Rusia saat itu terkenal dengan seni lukis dan patung realisme yang oleh penguasa kemudian dijadikan alat propaganda ideologi Komunisme. Sehingga abstrak ekspresionisme yang disokong Greenberg, dianggap sebagai antitesis atas seni bergaya realis dari Pemerintah Uni Soviet. Kembalinya Realisme Seni Kontempore sebagai Penyebab Kemunculan Seni Rupa Realisme di Setiap Zaman Anna Susilowati 185 Realisme Sosial berakar dari pemikiran Karl Marx dan Friedrich Engel tentang seni. Melacak pada tulisan-tulisan Marx awal, pada dasarnya tidak ada ide tentang seni dari mereka yang sampai ke tingkat detail operasional. Kadang-kadang mereka berpendapat seni itu benar-benar otonom, kadang pula mereka berpendapat lain, bahwa seni itu merupakan instrumen tindakan politik. Orang pertama yang serius menerjemahkan Marxisme dalam bidang seni dan budaya adalah Plekhanov 1856-1918. Menurutnya, menerjemahkan karya-karya seni ke bahasa sosiologi adalah mungkin. Isi dan bentuk karya seni ditentukan oleh berbagai cita rasa, kebiasaan dan kecenderungan massa. Namun pendapat yang lebih tegas justru datang dari Lenin 1870-1924, ia mengatakan estetika Marxist menjadi semacam teknologi indoktrinasi dan propaganda. Tujuannya adalah mengungkapkan bagaimana seni dan kesusastraan dapat digunakan untuk mengendalikan dan membentuk sikap-sikap politik Arvon, 1970. Setelah Perang Dunia II, ideologi kebudayaan Soviet yang menonjol adalah Andrei Zhdanov 1896-1948. Zhdanov pada tahun 1934 mengusulkan sebuah proposal ke Komite Pusat Partai Komunis, mengenai tuntutan agar seniman meninggalkan formalitasi dalam bentuk apa pun dan berhenti membuat karya yang membingungkan masyarakat. Sebaliknya, karya seni harus menyesuaikan diri dengan konsep Marxist sebagai bentuk kesetiaan kepada Partai. Adapun mengenai lukisan Soviet, tekanan ganda diberikan kepadanya, baik pilihan kepada tema dan judul lukisan-lukisan harus realistis’ Ikramulloh, 2010. Jadi jelaslah bahwa salah satu penyebab bangkrutnya seni rupa realisme tidak terlepas dari persaingan ideologi antara Amerika dan Rusia setelah Perang Dunia II usai. 2. Serangan Teknik Fotografi Terhadap Seni Rupa Realisme Perang Dunia II memang membawa kekecewaan bagi para filsuf, intelektual dan seniman. Kekecewaan pada Rasionalitas dan Sistematika ala renaisans yang ternyata tidak dapat menyelamatkan manusia dari penghancuran dan kebinasaan, membuat banyak dari mereka menolak Adorno adalah seorang filsuf yang termasuk tidak menyukai Realisme. Ketidaksukaan Adorno itu ternyata berakar pada masa lalunya. Dengan itu, kita dapat menelusurinya ke belakang, yaitu peristiwa Auschwitz. Bagi Adorno, setelah genosida Auschwitz, manusia tidak pantas lagi bersenang-senang. Seni yang indah-indah dan menyenangkan harus ditolak. Hal itu tercermin dalam suratnya kepada Max Horkheimer, Adorno pernah menulis, “to write poetry after Auschwitz is barbaric” Claussen, 2008. Kembalinya Realisme Seni Kontempore sebagai Penyebab Kemunculan Seni Rupa Realisme di Setiap Zaman Anna Susilowati 186 Sehingga dalam bukunya, Aesthetic Theory, Adorno menegaskan bahwa seni bukanlah alat untuk menghibur masyarakat, justru sebaliknya – seni merupakan antitesis dari masyarakat Adorno, 1997. Artinya, apa yang ingin digambarkan oleh Rusia bahwa seni harus mencerminkan masyarakat proletar ketika itu, dengan melukiskan para pekerja yang sedang giat membangun negara, justru ditolak sama sekali oleh Adorno. Sehingga lukisan abstrak ekspresionisme yang merupakan antitesis atas lukisan figuratif representasional menjadi jawaban atas teori estetika Adorno. Serangan lain terhadap Lukisan Realis datang dari dunia fotografi. Andre Bazin 1918-1958, seorang kritikus dari Perancis, menulis dalam esainya yang terkenal, “The Ontology of the Photographic Image”, bahwa sejak munculnya fotografi seharusnya seni lukis realis tidak perlu berhutang banyak pada kemiripan. Dalam mencapai tujuan seni zaman Barok, fotografi telah membebaskan seni rupa dari obsesi mereka akan kemiripan. Ternyata lukisan terpaksa menawarkan kepada kita ilusi akan kemiripan pada kenyataan dan ilusi ini sudah dianggap cukup bagi seni. Fotografi dan bioskop adalah penemuan yang memuaskan obsesi kita terhadap realisme. Betapa pun mahirnya sang pelukis, pekerjaannya selalu menghasilkan subjektivitas yang tak terhindarkan. Fakta bahwa adanya campur tangan manusia telah menimbulkan bayangan keraguan atas hasil suatu lukisan. Sekali lagi, faktor penting dalam transisi dari seni Barok ke fotografi bukanlah penyempurnaan dari proses fisik, melainkan terletak pada fakta psikologis. Yakni, fotografi telah memuaskan sepenuhnya selera kita akan ilusi pembuatan reproduksi yang dilakukan secara mekanis, bukan dikerjakan oleh manusia. Solusi itu tidak ditemukan dalam hasil yang dicapai tetapi dalam cara mencapainya. Jadi, alih-alih menggantikan seni lukis dengan melakukan pekerjaan mereka secara lebih efektif, fotografi telah mengambil aspek-aspek di mana seni rupa menjadi terlihat kurang efisien. Hal ini menyiratkan bahwa lukisan itu tidak lengkap, di mana konvensi seni rupa itu sendiri merupakan senyawa cacat dari sesuatu yang seharusnya membutuhkan teknologi yang lebih maju untuk realisasinya. Dengan itu Bazin, telah menempatkan fotografi dan film sebagai media rekaman yang objektif, yang klaim kebenarannya mempunyai hubungan istimewa dengan kenyataan. Hal ini membuat fotografi membentuk tautan langsung antara gambar dan referensi. Dengan kata lain, karena kamera film beroperasi sebagai proses fotokimia yang terlepas dari intervensi manusia kecuali intervensi Kembalinya Realisme Seni Kontempore sebagai Penyebab Kemunculan Seni Rupa Realisme di Setiap Zaman Anna Susilowati 187 yang diperlukan untuk mempersiapkan dan memulai pengoperasian peralatan, maka dapat dilihat sebagai kurang subjektif, kurang rentan terhadap manipulasi tangan manusia yang selalu mengalihkan. Bahkan fotografi dengan cermat melampaui citra suatu objek yang dahulu direpresentasikan dengan lukisan. Ketika lensa pada kamera terbuka untuk membiarkan cahaya masuk, cahaya yang dipantulkan dari objek di depan lensa menyebabkan perubahan kimiawi pada bahan peka cahaya dari film itu sendiri. Walau Bazin bukanlah seorang ilmuwan teknik fotografi atau film, bahwa hal yang dimaksud Bazin adalah fotografi dan film merupakan bentuk seni yang berbeda karena mereka didasari pada proses mekanis yang menghilangkan unsur aktivitas manusia. Gambar yang dihasilkan fotografi selalu memberikan status autentik yang memberikan rasa kehadiran yang tinggi. Apa yang kita lihat dalam sebuah foto memberikan rasa bahwa kita benar-benar hadir di depan kamera. Dengan itu, lukisan realis sebenarnya tidak diperlukan lagi Bazin, 1967. Penyebab realisme surut pada tahun 1980-an adalah penolakan Realisme dari Filsafat yang dikembangkan Richard Rorty. Pada tahun 1979, Rorty menulis buku yang berjudul Philosophy and the Mirror of Nature. Dalam bukunya, Rorty mengkritisi Teori Kebenaran Korespondensi, yang menyatakan bahwa penentu kebenaran adalah korespondensinya dengan realitas atau fakta dunia. Sebuah pernyataan dikatakan benar apabila isi pernyataan itu berkorespondensi sesuai dengan fakta yang dirujuk oleh pernyataan tersebut. Kebenaran seperti itu merupakan representasi akurat atas realitas. Pengetahuan berfungsi untuk merepresentasikan realitas. Menurut Rorty, teori ini tidak memadai di tengah dunia yang semakin dinamis, karena suatu kebenaran mengandalkan sesuatu objek atau fakta yang sebenarnya tidak berperan dalam mendukung atau menjustifikasi klaim pengetahuan Rorty, 1979. Menurut Rorty, yang terpenting dalam pengetahuan adalah menyusun pernyataan yang dapat disetujui oleh orang lain, bukan melaporkan objek-objek. Karena kesan-kesan indrawi tidak memiliki daya untuk menjustifikasi. Pengetahuan pertama kali dibentuk melalui hubungan antar subjek, yaitu dengan cara bergabung dengan Komunitas Bahasa. Karena itu Filsafat Bahasa menjadi penting dalam menjustifikasi kebenaran. Pengetahuan sebagai hal yang berhubungan dengan pernyataan, merupakan praksis sosial, pengetahuan itu diuji melalui percakapan sesama manusia. Rorty menyimpulkan bahwa pengetahuan Kembalinya Realisme Seni Kontempore sebagai Penyebab Kemunculan Seni Rupa Realisme di Setiap Zaman Anna Susilowati 188 merupakan praktik sosial, transaksi antar manusia, bukan manusia dengan objek. Pengetahuan menurut Rorty adalah soal kesepakatan. Justifikasi atas kebenaran adalah soal percakapan, soal praktik sosial. Kita tidak memerlukan lagi konsep kebenaran, sebab apa yang kita anggap benar pada akhirnya ditentukan oleh standar-standar yang disepakati secara sosial Rorty, 1979. Dalam bukunya yang lain, Rorty menolak segala bentuk dahaga akan kebenaran yang semata-mata bersesuaian secara akurat dengan realitas. Kebenaran yang dihasilkan dari pengetahuan yang mampu merepresentasikan realitas secara akurat. Rorty tidak ingin menghabiskan hidup hanya untuk mencerminkan realitas dengan tepat. Hal itu merupakan perbuatan yang buang waktu Rorty, 1980. Kiranya jelas bahwa Realisme dalam seni rupa sudah tidak punya pendasaran lagi dalam wacana filsafat. 3. Penolakan Atas Realisme Foto Sebagaimana diuraikan di atas bahwa realisme muncul kembali pada akhir 1960-an melalui gerakan Realisme Foto dan kemudian kembali surut pada tahun 1980-an, karena beberapa alasan. Bersamaan dengan kritik Rorty di atas, dalam dunia seni rupa muncul penolakan atas wacana realisme foto mengingat gaya melukis seperti itu sebenarnya bukanlah melukis realitas, tetapi pelukis sedang melukis foto, artinya memindahkan foto ke dalam kanvas. Christine Lindsay menulis bahwa realisme foto tidak menampilkan representasi, tidak menampilkan ilusi, tidak mengandung subjektivitas, bahkan lukisan-lukisan seperti itu tidak menampilkan realitas fotografi Lindsay, 1980. Karenanya, Christopher Stokes menolak dirinya disebut sebagai pelukis realisme foto. Dalam tesisnya ia menyatakan bahwa ia menggunakan fotografi hanyalah sebagai alat untuk mentransfer memori visual ke dalam kanvas. Ide untuk melukis didapatkan sebelum peralatan fotografi bekerja. Ketika di depan objek, Stokes mengambil banyak foto untuk merekam objek tersebut dari semua sudut. Fotografi dijadikan sebagai catatan yang akan membantunya dalam memahami apa yang ia lihat dan ia dapat melihat kembali hal-hal yang terlewat ketika di lokasi. Stokes akan mulai mengambil foto ketika ia telah selesai membuat sekumpulan sketsa mengenai still lifes, dan hal-hal yang diambil dari kehidupan yang ia ingin lukiskan. Dengan itu melukis adalah suatu usaha subjektif. Lukisan yang berasal dari foto, harus menggunakan mata sendiri dalam merekam pandangan personalnya atas suatu objek. Ia akan mengerti objek yang akan dilukis apabila ia terlibat langsung, karena lukisan adalah catatan personal atas dunia yang Kembalinya Realisme Seni Kontempore sebagai Penyebab Kemunculan Seni Rupa Realisme di Setiap Zaman Anna Susilowati 189 dilihatnya. Dengan itu ia menamakan gaya melukisnya sebagai Super realisme Stokes, 1982. 4. Hiperrealisme Menjadi Jawaban Atas Penolakan Terhadap Realisme Foto Dengan begitu banyaknya penolakan terhadap Life realisme, namun selalu gaya ini muncul kembali, apa sebabnya? Kiranya melukiskan kembali alam dan manusia dengan bentuk-bentuknya yang proporsional sudah menjadi insting dari kemajuan umat manusia. Terbukti dengan adanya lukisan bison di gua Altamira atau Lascaux puluhan ribu tahun yang lalu, menunjukkan hasrat manusia untuk melakukan mimesis atas alam yang terhampar di sekelilingnya, sudah ada sejak dulu dan bertahan sampai sekarang. Alasan lain mengapa realisme bertahan, adalah kemampuan genre itu menyesuaikan diri dengan situasi baru, dan mencari jawaban atas tantangan yang disodorkan kepadanya. Dengan itu pembahasan kita kemudian berlanjut dengan kemunculan Hiperrealisme. Berbeda dengan Realisme Foto yang menyalin foto ke dalam kanvas, Hiperrealisme muncul dengan maraknya media sosial dan teknik fotografi yang semakin canggih, dengan gambar-gambar yang semakin detail dan tinggi resolusinya, disertai dengan berkembangnya teknik photoshop yang semakin banyak kemampuan dan fitur-fiturnya. Tidak seperti Realisme Foto, Hiperrealisme tidak berusaha secara harfiah menyalin realitas sehari-hari, namun menciptakan kenyataan baru yang hampir mustahil. Di mana lukisan yang diciptakan dengan genre ini bukan lagi realitas tetapi fiksi. Yaitu dengan mengubah skala dan menempatkan objek dengan pengaturan yang tidak alami. Ciri yang lain dari lukisan hipperrealis adalah bahwa ia lebih detail dari Realisme Foto, ia tidak lagi bertujuan untuk menipu mata, namun untuk memperlihatkan kecerdasannya sendiri. Misalnya, melalui penggambaran detail atas keriput atau pori-pori kulit, hipperrealisme menciptakan itu untuk menarik perhatian pemirsa. Dengan itu ukuran dan skala tidak lagi realistis, tetapi ia mendistorsi skala dan menjadikannya narasi baru yang tidak harus sesuai ukurannya dengan kenyataan. Kita dapat melihat gejala tersebut sejak adanya karya “Marilyn” 1977 yang dibuat Audrey Flack. Dalam “Marilyn” terjadi penjajaran dari benda-benda yang tak berhubungan, seperti lipstik dan buah pir dengan ukuran raksasa. Karya “Acedia” 2012 dari Jeremy Geddes, memperlihatkan tubuh dan benda-benda melayang-layang dalam sebuah rumah yang tampaknya tanpa gravitasi. Kita akan membayangkan lukisan seperti itu mirip dalam adegan film ruang angkasa. Berbeda dengan Realisme Foto, karya-karya Jeremy Kembalinya Realisme Seni Kontempore sebagai Penyebab Kemunculan Seni Rupa Realisme di Setiap Zaman Anna Susilowati 190 memperlihatkan bahwa Hiperrealisme menggambarkan adegan di mana elemen naratif dan emosi seniman ikut bermain. Lanskap yang permai tidak diperlihatkan lagi, sebagai gantinya adalah pemandangan dari balik kaca mobil ketika hujan, seperti dalam karya-karya Gregory Thielker. Atau karya “The Brooklyn Rail” dari Rackstraw Downes yang memperlihatkan alam yang rusak dan gersang karena eksploitasi manusia. Demikian pula kita melihat wajah-wajah dan tubuh yang rusak pada karya-karya Jenny Saville. Dan tidak ketinggalan karya-karya still life yang menakjubkan dari Jason de Graaf. Melalui karya Jason, istilah still’ dalam still life’ menjadi tidak tepat lagi, karena yang dilukiskan adalah air yang sedang membuncah dalam gelas “Ultra Marine”, atau irisan jeruk yang dicemplungkan dalam gelas “Evergreen” sehingga butiran-butiran dari cipratan air terasa dalam lukisan. Hal menarik dari hiperrealisme adalah ia dapat menjawab keberatan Rorty atas kebenaran yang merupakan salinan dari realitas. Karena hiperrealisme tidak terobsesi atas kebenaran’, genre ini sedang menciptakan kebenaran baru, suatu narasi yang didasarkan atas fiksi senimannya. Hiperrealisme mempunyai kecenderungan bermain-main atas narasi yang diciptakannya, ia ingin menarik perhatian. Ia sedang bermain-main dengan kebenaran’. Hal itu dapat terlihat dari karya-karya mereka yang lebih banyak muncul di Instagram ketimbang pada buku-buku teks. Ukuran kesuksesan’ karya-karya mereka bukan lagi didasarkan atas pujian atau pengesahan para kritikus seni, tetapi karena berapa banyak suka’ yang diberikan dari pengikut atas karya yang mereka unggah. Demikian pula apabila karya-karya mereka dipamerkan, maka yang menjadi perhatian adalah berapa banyak orang yang berswafoto di depan karya mereka. 5. Perkembangan Hiperrealisme di Indonesia Tak terlepas dari perkembangan seni rupa global, Indonesia juga mempunyai beberapa seniman yang bergenre hiperrealis dengan mutu yang sama baiknya dengan pelukis-pelukis dunia, seperti Dede Eri Supria, Chusin Setiadikara, dan Budi Kustarto. Dede Eri Supria, dilahirkan di Jakarta, 29 Januari 1956. Ia melukiskan gelandangan dalam karyanya yang berjudul “Pasrah” Dermawan T, 1999. Dede melukis realitas kehidupan orang miskin, yaitu seorang perempuan kumuh sedang duduk termenung pasrah. Di punggungnya ada buntel yang berisi barang-barang perlengkapan hidup sehari-hari. Perempuan yang tidak beralas kaki itu mungkin tidak mempunyai rumah, sehingga buntelnya selalu dibawa ke mana-mana. Perempuan itu duduk dengan telapak tangan di bawah dagu, pandangan Kembalinya Realisme Seni Kontempore sebagai Penyebab Kemunculan Seni Rupa Realisme di Setiap Zaman Anna Susilowati 191 matanya kosong dengan raut wajah yang sedih. Lukisan ini disertai superimpose kemewahan gedung-gedung tinggi pada latar belakang agar tercipta kontras yang ia inginkan. Di belakang subjek perempuan yang sedang termenung itu, diletakkan kardus bekas sebagai pagar pembatas’ dengan gedung-gedung tinggi itu. Cara seperti ini membantu Dede dalam mengekspos narasi penderitaan yang dialami orang-orang miskin Lihat Gambar pada halaman 181 sumber Agus Dermawan T., 1999-61. Pelukis lain adalah Chusin Setiadikara. Chusin dilahirkan di Bandung, 4 Maret 1949. Lukisannya yang berjudul “Reconstruction” menghadirkan kembali pelukis Maestro Affandi yang sudah meninggal 30 tahun yang lalu. Ia menggambarkan Affandi yang sedang melukis dirinya sendiri sambil memegang cangklong. Chusin menggunakan teknik plototan, yaitu menggoreskan cat langsung dari tube, yang merupakan teknik melukis khas Affandi. Dan dalam karya itu digabungkan dengan teknik melukis Chusin sendiri yang merupakan kombinasi cat minyak, arang dan pastel Gambar 1. Hal itu dilakukan sebagai upayanya bermain-main dengan realitas, sehingga karya Affandi terlihat hadir kembali dalam kanvas Chusin. Gambar 1 – Chusin Setiadikara, “Reconstruction”, 2007 Sumber Budi Kustarto, lahir di Ajibarang, Jawa Tengah, tahun 1972. Dalam karyanya, “Blue Jeans”, Budi melukiskan dirinya sendiri yang tersangkut dalam celana hotpants blue jeans. Celana itu dibuat robek-robek sesuai dengan model yang sedang tren pada saat itu. Di mana Kembalinya Realisme Seni Kontempore sebagai Penyebab Kemunculan Seni Rupa Realisme di Setiap Zaman Anna Susilowati 192 benang-benang dari bekas robekan celana terlihat satu persatu dengan realistis. Ukuran dari blue jeans itu dibuat sebesar dirinya, sehingga lukisan itu terlihat lucu dan menarik perhatian Gambar 2. Gambar 2 – Budi Kustarto, “Pain on Bananas Garden”, 2011 Sumber 6. Genre Realisme Dapat Berubah-ubah Bentuk Tetapi Tetap Bertahan Dari pembahasan di atas terlihat bahwa 'realisme' memiliki makna yang koheren, mengingat beragam penggunaan yang telah ditemukan untuk itu, dalam konteks yang berubah dan dengan referensi untuk karya seni yang berbeda. Kata realisme yang memiliki sejarah panjang dengan penggunaan yang beragam, maka maknanya sama kompleksnya dengan sejarah itu sendiri. Jadi, meminjam pernyataan Brendan Prendeville dalam bukunya Realism in 20th Century Painting, bahwa daripada kita memulai - atau bahkan mengakhiri - dengan definisi yang tegas, kita sebaiknya menerima saja pergeseran yang diberikan oleh sejarah dan penggunaannya Prendeville, 2000. Pada tingkat tertentu, realisme akan mencakup dan mempertimbangkan kategori-kategori utama seni lukis yang menggunakan istilah itu selama abad ke-20, seperti Realisme Sosial, Realisme Foto, dan sebagainya. Sering kali, ketika pelukis dan kritikus menggunakan kata itu, mereka memodifikasinya, seperti dalam Super realisme’ dan 'Hiperrealisme', untuk mencapai tujuan tertentu. Kita menyadari, semua realisme abad kedua puluh sebagian merupakan hibrida atas jenis-jenis gaya realisme yang Kembalinya Realisme Seni Kontempore sebagai Penyebab Kemunculan Seni Rupa Realisme di Setiap Zaman Anna Susilowati 193 berbeda. Sejarah adalah kontinuitas, bukan diskontinu yang ketat. Dalam satu periode pengamatan, ada persambungan dan persilangan antara suatu gaya dengan gaya yang lain. Kontinuitas Realisme sudah terjadi sejak generasi Vermeer. Pada saat melukis, Vermeer kemungkinan menggunakan Camera Obscura, sebuah peralatan yang menjadi cikal-bakal kamera modern. Pada zaman modern, realisme sangat dipengaruhi oleh pengalaman peralatan fotografi, perangkat yang sudah menjadi bagian dari budaya manusia. Namun demikian, seperti yang semakin disadari, kamera merupakan panduan efektif untuk merekam karakter dari realitas visual. Walau nantinya hasil dari perekaman kamera akan dapat dimanipulasi sesudahnya post-hoc. Lensa mempunyai cara sendiri dalam melihat, yang tidak harus sama dengan cara mata manusia melihat. Fotografer akan tahu bahwa kamera itu monocular dan melihat objek secara terkunci fixed, bukan melakukan scanning seperti yang dilakukan sepasang mata manusia Smith, 2003. Karena itu yang terpenting dalam penggunaan fotografi adalah niat dibalik senimannya dalam berkarya. Seniman dapat saja membuat narasi baru yang melampaui hasil fotografi itu sendiri. Dengan itu realisme dapat bertahan karena ia dibawa maju oleh visi senimannya yang selalu menyesuaikan diri dengan perkembangan zaman. SIMPULAN Realisme mendapat gempuran dari masa ke masa, sejak kemunculan Abstrak Ekspresionisme, karena seni representasional sudah tidak memadai lagi mewakili semangat Amerika setelah Perang Dunia II. Dalam konteks Perang Dingin, abstrak ekspresionisme yang disokong Clement Greenberg, dianggap sebagai antitesis atas seni bergaya realis dari Pemerintah Uni Soviet. Dari dunia fotografi, serangan terhadap realisme datang dari Andre Bazin, menurutnya gambar yang dihasilkan fotografi selalu memberikan status autentik yang menampilkan rasa kehadiran yang tinggi. Apa yang kita lihat dalam sebuah foto memberikan rasa bahwa kita benar-benar hadir di depan kamera. Dengan itu, lukisan realis sebenarnya tidak diperlukan lagi. Dari dunia filsafat, realisme mendapat serangan dua kali, pertama pada tahun 1940-an melalui teori estetika Adorno, di mana ia menolak seni yang indah-indah dan menyenangkan, seperti lukisan bergaya Realisme. Karena setelah peristiwa Auschwitz, manusia seharusnya hidup prihatin. Bagi Adorno, abstrak ekspresionisme merupakan bentuk seni yang lebih tepat karena seni seperti itu merupakan antitesis dari masyarakat, bukannya menghibur masyarakat. Serangan kedua dari dunia filsafat datang dari Richard Rorty pada Kembalinya Realisme Seni Kontempore sebagai Penyebab Kemunculan Seni Rupa Realisme di Setiap Zaman Anna Susilowati 194 tahun 1980-an. Di mana Rorty menolak kebenaran korespondensi yang dihasilkan dari pengetahuan yang merepresentasikan realitas secara akurat. Rorty tidak ingin menghabiskan hidup hanya untuk mencerminkan realitas dengan tepat, karena hal itu merupakan perbuatan yang buang waktu. Namun Realisme tetap bertahan dari segala gempuran tersebut, karena sifatnya yang luwes dan fleksibel, menyesuaikan diri dengan kemajuan zaman. Dalam periode sejarah realisme mengubah bentuknya menjadi Realisme Sosial, Realisme Foto, Super realisme dan terakhir Hiperrealisme. Perubahan dan adaptasi terhadap tantangan dan kemajuan zaman membuat seni realisme terus hadir sampai sekarang, termasuk di Indonesia. Karena realisme sudah tertanam, menjadi insting dari kemajuan peradaban umat manusia. REFERENSI Adorno. Theodor. 1997. Aesthetic Theory. terj. Robert Hullot-Kentor. USA Continuum, University of Minnesota. Arvon. Henri. 1970. Marxist Esthetics. Terj. Ikramullah. Yogyakarta Resist Book. 2010. Bazin. Andre. 1967. The Ontology of the Photographic Image. dalam Andre Bazin, Hugh Gray terj., What Is Cinema?, Vol. 1, London University of California Press Ltd. Brendan Prendeville. Realism in 20th Century Painting. New York Thames & Hudson Inc, 2000. Claussen. Detlev. 2008. One Last Genius. Harvard The Belknap Press. Coates. Robert M. 1944. Assorted Modern. The New Yorker, 23 Desember 1944. Dermawan T. Agus. 1999. Dede Eri Supria, Elegi Kota Besar. Jakarta Yayasan Seni Rupa AiA. Doss. Erika. 2002. Twentieth-Century American Art. New York Oxford University Press. Grenspun. Joanne. 1998. Chuck Close. New York The museum of Modern Art. Grosenick. Uta., Burkhard Riemschneider. 2005. Art Now, 81 Artist at the Rise of the New Millenium. Koln Taschen Gmbh. Lindsay. Christine. 1980. Superrealist Painting & Sculpture. New York William Morrow. Read. Herbert. 1991. A Concise History of Modern Painting. New York Thames and Hudson. Rorty. Richard. 1979. Philosophy and the Mirror of Nature. New Jersey Princeton University Press. Rorty. Richard. 1980. Pragmatism, Relativism and Irrationalism, dalam Paul K. Moser & Arnold Vander Nat, ed. Human Knowledge Classical and Contemporary Approaches. Oxford Oxford University Press Smith. Edward Lucie. 2003 American Realism. New York Thames & Hudson Inc. Stokes. Christopher. 1982. The Photograph and Superrealism. Illinois Eastern Illionis University, 1982. ResearchGate has not been able to resolve any citations for this StokesThesis Illinois University. Includes bibliographical references leaves 60-62.The Ontology of the Photographic Image. dalam Andre Bazin, Hugh Gray terj., What Is Cinema?BazinAndreBazin. Andre. 1967. The Ontology of the Photographic Image. dalam Andre Bazin, Hugh Gray terj., What Is Cinema?, Vol. 1, London University of California Press in 20 th Century PaintingBrendan PrendevilleBrendan Prendeville. Realism in 20 th Century Painting. New York Thames & Hudson Inc, 2000. Claussen. Detlev. 2008. One Last Genius. Harvard The Belknap Modern. The New Yorker, 23 DesemberRobert M CoatesCoates. Robert M. 1944. Assorted Modern. The New Yorker, 23 Desember Close. New York The museum of Modern ArtGrenspunJoanneGrenspun. Joanne. 1998. Chuck Close. New York The museum of Modern Concise History of Modern PaintingLindsayChristineLindsay. Christine. 1980. Superrealist Painting & Sculpture. New York William Morrow. Read. Herbert. 1991. A Concise History of Modern Painting. New York Thames and Hudson.
karya seni rupa kontemporer banyak diciptakan dengan teknik